Makalah Tafsir Ayat Ekonomi Tentang Konsumsi

Makalah Tafsir Ayat Ekonomi Tentang Konsumsi


Assalamuallaikum
Mau posting tugas Kuliahku waktu duduk di bangku kuliah STAIN Jurai Siwo Metro Lampung
tentang  Makalah Tafsir Ayat Ekonomi Tentang Konsumsi
Semoga bermanfaat
BAB I
PENDAHULUAN


1.             Latar Belakang

Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap perekonomian, karena tiada kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi mengarah kepada pemenuhan tuntutan konsumsi bagi manusia. Sebab, mengabaikan konsumsi berarti mengabaikan kehidupan dan juga mengabaikan penegakan manusia terhadap tugasnya dalam kehidupan.  Dalam sistem perekonomian, konsumsi memainkan peranan penting. Adanya konsumsi akan mendorong terjadinya produksi dan distribusi. Dengan demikian akan menggerakkan roda-roda perekonomian. Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong untuk beribadah kepada Allah. Dalam makalah ini kami akan memaparkan mengenai konsumsi berdasarkan Al-Quran.

2.             Rumusan Masalah
A.            Bagaimana teori konsumsi dalam islam?
B.            Seperti apa tafsir Q.S Thaha ayat 81
C.            Seperti apa tafsir Q.S An-Nisa ayat 29
D.            Seperti apa tafsir  Q.S Hijr ayat 19-20
E.             Seperti apa tafsir Q.S Az-Zukhruf ayat 32

3.             Tujuan
A.            Mengetahui teori konsumsi dalam islam
B.            Mengetahui tafsir Q.S Thaha ayat 81
F.             Mengetahui tafsir Q.S An-Nisa ayat 29
C.            Mengetahui tafsir Q.S Hijr ayat 19-20
D.            Mengetahui tafsir Q.S Az-Zukhruf ayat 32





BAB II
PEMBAHASAN

1.             Teori konsumsi menurut islam

Konsumsi berlebih – lebihan, yang merupakan ciri khas masyarakat yang tidak mengenal Tuhan, dikutuk dalam Islam dan disebut dengan istilah isra (pemborosan) atau tabzir (menghambur – hamburkan harta tanpa guna). Tabzir berarti menggunakan barang dengan cara yang salah, yakni, untuk menuju tujuan – tujuan yang terlarang seperti penyuapan, hal – hal yang melanggar hukum atau dengan cara yang tanpa aturan. Pemborosan berarti penggunaan harta secara berlebih – lebihan untuk hal – hal yang melanggar hukumdalam hal seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, atau bahkan sedekah. Ajaran – ajaran Islam menganjurkan pada konsumsidan penggunaan harta secara wajar dan berimbang, yakni pola yang terletak diantara kekikiran dan pemborosan. Konsumsi diatas dan melampaui tingkat moderat (wajar) dianggap lisraf dan tidak disenangi Islam.

Salah satu ciri penting dalam Islam adalah bahwa ia tidak hanya mengubah nilai – nilai dan kebiasaan – kebiasaan masyarakat tetapi juga menyajikan kerangka legislatif yang perlu untuk mendukung dan memperkuat tujuan – tujuan ini dan menghindari penyalahgunaannya. Ciri khas Islam ini juga memiliki daya aplikatif terhadap kasus orang yang terlibat dalam pemborosan atau tabzil. Dalam hukum (Fiqh) Islam, orang semacam itu seharusnya dikenai pembatasan – pembatasan dan, bila dianggap perlu,dilepaskan dan dibebaskan dari tugas mengurus harta miliknya sendiri. Dalam pandangan Syari’ah dia seharusnya diperlukan sebagai orang yang tidak mampu dan orang lain seharusnya ditugaskan untuk mengurus hartanyaselaku wakilnya. Keseimbangan konsumsi dalam ekonomi Islam didasarkan pada prinsip keadilan distribusi. Jika tuan A mengalokasikan pendapatannya setahun hanya untuk kebutuhan materi, dia tidak berlaku adil karena ada pos yang nbelum dibelanjakan, yaitu konsumsi sosial. Jika demikian, sesungguhnya dia hanya bertindak untuk jalannya diakhirat nanti.




2.             Tafsir ayat-ayat ekonomomi mengenai konsumsi

1)              Q.S Thaha ayat 81
Artinya : Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barang siapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.

a.             Tafsir Mufradat
كُلُوا۟               : Makalah
مِن                : dari
طَيِّبَٰت                         : yang baik-baik
مَا                  : apa
رَزَقْنَٰكُمْ             : Kami telah rezekikan kepadamu
وَلَا                : dan janganlah
تَطْغَوْا۟             : kamu melewati batas
فِيهِ                : padanya
فَيَحِلَّ              : maka halal/menimpa
عَلَيْكُم                         : atasmu
غَضَبِى           : kemurkaan-Ku
وَمَن               : dan barang siapa
يَحْلِل              : halal/menimpa
عَلَيْهِ               : atasnya
غَضَبِى           : kemurkaan-Ku
فَقَدْ                 : maka sesungguhny
هَوَىٰ             : binasalah dia



b.             Asbab an-Nuzul
Surat at-Taha ayat 81 tidak memiliki asbabun nuzul, akan tetapi memiliki munasabah atau hubungan dari ayat sebelumnya. Surat at-Taha termasuk golongan surat Makkiyah.

c.             Kandungan ayat
Pada ayat ini Allah menyuruh supaya mereka memakan di antara rezeki yang baik, yang lezat cita rasanya dan yang telah Allah karuniakan kepada mereka, jangan sekali-sekali mereka menyalahgunakannya, seperti menafkahkannya dengan boros, tidak mensyukurinya, mendermakan kepada kemaksiatan, dll. Karena kalau demikian berarti mereka telah mengundang kemurkaan Allah yang akan menimpakan siksa-Nya. Celaka dan binasalah orang-orang yang telah ditimpa kemurkaan Allah.

d.             Munasabah ayat
Pada ayat-ayat yang lalu Allah mengisahkan pertandingan Musa dan ahli-ahli sihir Firaun yang berkesudahan dengan kemenangan Musa, yang akhirnya ahli-ahli sihir itu beriman kepada Musa. Sedang Firaun tetap saja tidak mau tunduk menerima kebenaran. Ia dan kaumnya tetap saja keras kepala menentang yang hak, menyimpang dari jalan yang benar. Maka pada ayat-ayat berikut ini Allah menerangkan tenggelamnya Firauan dan tentaranya di laut pada waktu mengejar Musa  ketika Musa hendak keluar meninggalkan Mesir menuju gunung Tur. Secara etimologis, ﻏﺿﺒﻲ(ghadabi) berarti kemarahanku/murkaku. Dalam kontek ayat di atas, kata ini menggambarkan ancaman kemurkaan Allah yang akan ditimpakan kepada Bani Israil, jika mereka menolak memakan rezeki yang telah diberikan Allah kepada mereka dan mereka melampaui batas. Karena mereka telah diselamatkan oleh Allah dari kejaran rombongan Firaun, sudah selayaknya mereka tidak menuntut yang lebih dan melampaui batas dari apa yang telah diberi oleh Allah.



2)             Q.S An-Nisa ayat 29
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman, janagnlah kalian memakan harta-harta kalian di antara kalian dengan cara yang batil, kecuali dengan perdagangan yang kalian saling ridha. Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian, sesungguhnya Allah itu Maha Kasih Sayang kepada kalian.

a.             Tafsir Mufradat
ü   يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
yang diseru adalah orang-orang beriman karena yang mau sadar, mau tunduk, mau berubah, mau ikut aturan itu adalah orang beriman. Kalau kita mengaku beriman, tatapi kita masih ragu tentang kebenaran sistem perekonomian Islam, seperti kita masih ragu keharamannya transaksi dengan riba dan bank konvensional, maka keimanan kita perlu dipertanyakan. Karena itulah Allah memanggil orang yang beriman secara tegas, agar mereka sadar untuk mau tunduk.
ü   لَا تَأْكُلُوا
Kita dilarang oleh Allah, padahal larangan itu menunjukkan haram kecuali ada dalil, sedang untuk ayat ini tidak ada dalil lain. Jadi haram hukumnya mendapatkan harta dengan cara yang tidak dibolehkan syara`.
ü   أَمْوَالَكُ
(harta kalian). Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya harta adalah adalah milik umum, kemudian Allah memberikan hak legal kepada pribadi untuk memiliki dan menguasainya, tetapi dalam satu waktu Islam menekannya kewajiban membantu orang lain yang membutuhkan. Perlu diketahui, bahwa kalaupun harta itu sudah menjadi milik pribadi tapi bukan berarti kita diperbolehkan untuk menggunakannya kalau digunakan dalam hal yang tidak dibenarkan syariat, maka harta itu juga tidak boleh digunakan. Apalagi kalau kita mendapatkan harta tersebut dari orang lain dengan cara batil: tidak sesuai aturan syara`.
ü    إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً
ini adalah dzikrul juz lilkul. Artinya menyebut sebagian untuk seluruhnya, karena umumnya harta itu didapatkan dengan transaksi jual beli (perdagangan) yang didalamnya terjadi transaksi timbal balik. Selama transaksi tersebut dilakukan sesuai aturan syar`I, maka hukumnya halal. Tentu transaksi jual beli ini, tidaklah satu-satu cara yang halal untuk mendapatkan harta, disana ada hibah, warisan dll.
ü   عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ
(kalian saling ridha): Jual beli itu harus dilandasi dengan keikhlasan dan keridloan. Artinya tidak boleh ada kedhaliman, penipuan, pemaksaan dan hal-hal lain yang merugikan kedua pihak. Oleh karena itu, pembeli berhak mengembalikan barang yang dibeli ketika mendapati barangnya tidak sesuai dengan yang diinginkan.
ü  وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُ
(jangan saling membunuh), apa hubungannya dengan bisnis? Sangat berhubungan. Dalam bisnis sering terjadi permusuhan. Kata ulama makna ayat ini adalah “jangan saling membunuh”. Adapun makna dhahirnya “jangan bunuh diri”. Keduanya bisa diterima, karena bisa saja orang berbisnis, bangkrut, stress, lalu bunuh diri.
ü   إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
(sesungguhnya Allah itu Maha Kasih sayang kepada kalian), di antaranya dengan memberikan penjelasan kepada manusia tentang sistem transaksi harta, agar manusia bisa hidup berdampingan, jauh dari permusuhan apalagi sampai bunuh-bunuhan hanya karena persaingan dagang.

b.             Kandungan ayat

Ayat ini menerangkan hukum transaksi secara umum, lebih khusus kepada transaksi perdagangan, bisnis jual beli. Sebelumnya telah diterangkan transaksi muamalah yang berhubungan dengan harta, seperti harta anak yatim, mahar, dan sebagainya. Dalam ayat ini Allah mengharamkan orang beriman untuk memakan, memanfaatkan, menggunakan, (dan segala bentuk transaksi lainnya) harta orang lain dengan jalan yang batil, yaitu yang tidak dibenarkan oleh syari’at. Kita boleh melakukan transaksi terhadap harta orang lain dengan jalan perdagangan dengan asas saling ridha, saling ikhlas. Dan dalam ayat ini Allah juga melarang untuk bunuh diri, baik membunuh diri sendiri maupun saling membunuh. Dan Allah menerangkan semua ini, sebagai wujud dari kasih sayang-Nya, karena Allah itu Maha Kasih Sayang kepada kita

3)             Q.S Al-Hijr ayat 19-20
Artinya :
19. Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. 20 Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.

a.             Tafsir Mufradat
وَٱلْأَرْضَ         : dan bumi                              
مَدَدْنَٰهَا             : Kami bentangkannya
وَأَلْقَيْنَا                         : dan Kami letakkan
فِيهَا                : didalamnya/padanya
رَوَٰسِى            : gunung-gunung
وَأَنۢبَتْنَا             : dan Kami tumbuhkan
فِيهَا                : didalamnya/padanya
مِن                : dari
كُلِّ                : tiap-tiap/segala
شَىْءٍ              : sesuatu
مَّوْزُونٍ           : menurut ukuran
وَجَعَلْنَا                        : dan Kami telah menjadikan
لَكُمْ                : untukmu

b.             Kandungan ayat
Setelah Allah SWT menerangkan tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya di langit dan di bumi, maka dalam ayat ini Allah menerangkan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang dapat dilihat, diketahui, dirasakan dan dipikirkan oleh manusia. Di antaranya ialah: Allah menciptakan bumi seakan-akan terhampar, sehingga mudah didiami manusia, memungkinkan mereka bercocok tanam di atasnya, mudah mereka bepergian ke segala penjuru dunia mencari rezeki yang halal dan bersenang-senang. Diciptakan Nya pula atas bumi itu jurang-jurang yang dalam, dialiri sungai-sungai yang kecil, kemudian bersatu menuju lautan luas. Diciptakan Nya pula di atas bumi itu gunung-gunung yang menjulang ke langit, dihiasi oleh aneka ragam tanaman dun tumbuh-tumbuhan yang menghijau, yang menyenangkan hati orang-orang yang memandangnya.

Pada ayat 20 menerangkan anugerah Allah SWT yang tidak terhingga kepada manusia, yaitu Dia telah menciptakan bermacam-macam keperluan hidup bagi manusia. Dia telah menciptakan tanah yang subur yang dapat ditanami dengan tanam-tanaman yang berguna dan merupakan kebutuhan pokok baginya. Dia menciptakan air yang dapat diminum dan menghidupkan tanam-tanaman, menciptakan burung yang beterbangan di angkasa yang dapat ditangkap dan dijadikan makanan yang enak dan lezat. Diciptakan-Nya laut yang di dalamnya hidup bermacam-macam jenis ikan yang dapat dimakan serta mutiara dan barang tambang yang diperlukan oleh manusia dan menjadi sumber mata pencaharian. Laut yang luas yang dapat dilayari manusia menuju segenap penjuru dunia. Dan Dialah yang menciptakan segala macam sumber kesenangan bagi manusia.

c.             Munasabah ayat
Setelah Allah SWT menerangkan tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya di langit dan di bumi, maka dalam ayat ini Allah menerangkan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang dapat dilihat, diketahui, dirasakan dan dipikirkan oleh manusia. Di antaranya ialah: Allah menciptakan bumi seakan-akan terhampar, sehingga mudah didiami manusia, memungkinkan mereka bercocok tanam di atasnya, mudah mereka bepergian ke segala penjuru dunia mencari rezeki yang halal dan bersenang-senang. Dan Dia lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.  

Dalam pada itu perbedaan daerah dan tanah tempat tumbuhnya suatu pohon akan menimbulkan perbedaan rasa buahnya dan perbedaan besar kecilnya. Unsur gula di dalam tebu berlainan dengan unsur gula di dalam air kelapa, berlainan manisnya dengan manis mangga dan jeruk. Buah salak sewaktu masih berupa putik dikelilingi oleh duri-durinya yang tajam, tetapi setelah ia masak, seakan duri-duri itu menguakkan diri, sehingga mudah manusia mengambil buahnya yang telah masak yang rasanya manis itu. Putik pepaya adalah pahit rasanya sewaktu masih kecil, sehingga manusia tidak mau mengambil dan memakannya. Semakin besar putiknya itu semakin berkurang rasa pahitnya, dan semakin dekat pula manusia kepadanya dan akhirnya setelah masak dipetik buahnya dan merupakan makanan yang disenangi. Demikian Allah menciptakan sesuatu dengan ukuran dan kadar yang tertentu, sehingga melihat kesempurnaan ciptaan-Nya itu akan bertambah pula iman di dalam hati orang yang mau berpikir dan bertambah pula keyakinan bahwa Allah adalah Maha Sempurna.
Diciptakan Nya pula atas bumi itu jurang-jurang yang dalam, dialiri sungai-sungai yang kecil, kemudian bersatu menuju lautan luas. Diciptakan Nya pula di atas bumi itu gunung-gunung yang menjulang ke langit, dihiasi oleh aneka ragam tanaman dun tumbuh-tumbuhan yang menghijau, yang menyenangkan hati orang-orang yang memandangnya,



4)            Q.S Az-Zukhruf ayat 32
Artinya :
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.

a.             Tafsir Mufradat
ü   سُخْرِيًّ ( kerja)
Membebani seseorang dengan pekerjaan tanpa upah, menindas dan menghinakan, pada ayat ini kata tersebut dipegunakan untuk menyatakan pemanfaatan atau penggunaan sebagian kelompok atas kelompok manusia lain.
 
b.             Kandungan ayat
Ayat ini menunjukkan penolakan terhadap keinginan orang-orang musyrik yang tak mau menerima penunjukkan Muhammad saw itu sebagai Rasul; seakan-akan merekalah yang paling berhak dan berwenang membagi-bagi dan menentukan; siapa yang pantas menerima rahmat Tuhan. Allah menyatakan, "Sekali kali tidaklah demikian halnya, Kamilah yang berhak dan berwenang mengatur dan menentukan penghidupan hamba dalam kehidupan dunia.

Kami-lah yang melebihkan sebahagian hamba atas sebahagian yang lain; ada yang kaya dan ada yang lemah, ada yang pandai dan ada yang bodoh, ada yang maju dan ada yang terbelakang karena apabila Kami menyamakan hamba di dalam hal-hal tersebut tadi, maka akan terjadilah persaingan antara mereka, satu tidak akan mau membantu yang lain, dan tidak akan terjadi yang satu dapat menundukkan yang lain. Semuanya itu akan membawa kepada kehancuran bumi dan kerusakan dunia. Kalau mereka itu tidak mampu berbuat seperti tersebut di atas mengenai keduniaan, mengapa mereka berani menentang Allah mengenai kebijaksanaan-Nya di dalam menentukan siapa yang pantas diserahi tugas kerasulan itu.

Ayat ini ditutup dengan penegasan bahwa rahmat Allah dan keutamaan yang diberikan kepada orang yang telah ditakdirkan memangku jabatan kenabian dan mengikuti petunjuk wahyu dan Alquran yang telah diturunkan, jauh lebih baik dan mulia daripada kemewahan dan kekayaan dunia yang ditimbun mereka itu karena dunia dengan segala kekayaannya itu berada di tepi jurang yang akan runtuh dan akan lenyap tidak berbekas sedikitpun.



3.             Analisi ayat
1)             Q.S Thaha ayat 8
Ayat ini Allah menyuruh agar manusia memakan rezeki yang baik, yang lezat cita rasanya dan yang telah Allah karuniakan kepada mereka, tidak menyalahgunakannya, seperti menafkahkannya dengan boros, tidak mensyukurinya, memanfaatkannya kepada kemaksiatan, dll. Jika mereka demikian maka Allah akan menimpakan siksa kepada-Nya.

2)             Q.S An-Nisa ayat 29
Ayat ini melarang mengambil harta orang lain dengan jalan batil (tidak, benar), kecuali dengan perniagaan yang berlaku atas dasar kerelaan bersama.  Kemudaian dalam ayat ini Allah melarang orang-orang yang beriman memakan harta dengan cara yang batil dan membunuh orang lain, dan bunuh diri.

3)              Q.S Al-Hijr ayat 19-20
Ayat  19 menjelaskan bahwa Allah menerangkan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang dapat dilihat, diketahui, dirasakan dan dipikirkan oleh manusia. Dan pada ayat 20 ini merupakan peringatan bagi manusia bahwa anak-anaknya, pembantu-pembantunya, binatang ternak kepunyaannya semua itu Allah-lah yang menjamin rezekinya, bukan kepunyaan manusia.

4)             Q.S Az-Zukhruf ayat 32
Ayat ini menjelaskan bahwa Orang-orang musyrik itu tidak memiliki kunci risalah sehingga dengan seenaknya memberikan risalah kepada tokoh mereka. Bahkan Kamilah yang menanggung penghidupan mereka karena mereka tidak mampu melakukan sendiri hal itu. Sebagian mereka Kami berikan rezeki dan kedudukan lebih banyak dan lebih baik dari yang lain, agar mereka dapat saling menolong dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Masing-masing menopang yang lain dalam mencari penghidupan dan mengatur kehidupan. Dan karunia kenabian, dengan kebahagiaan di dunia dan akhirat sebagai konsekwensinya, jauh lebih baik dari kedudukan yang paling tinggi di dunia sekalipun.
BAB III
KESIMPULAN
Keseimbangan konsumsi dalam ekonomi Islam didasarkan pada prinsip keadilan distribusi. Jika tuan A mengalokasikan pendapatannya setahun hanya untuk kebutuhan materi, dia tidak berlaku adil karena ada pos yang nbelum dibelanjakan, yaitu konsumsi sosial. Jika demikian, sesungguhnya dia hanya bertindak untuk jalannya diakhirat nanti.
Pada Q.S Thaha ayat 8 ini Allah menyuruh agar manusia memakan rezeki yang baik, Q.S An-Nisa ayat 29 Ayat ini melarang mengambil harta orang lain dengan jalan batil (tidak, benar), kecuali dengan perniagaan yang berlaku atas dasar kerelaan bersama.  Q.S Al-Hijr ayat 19-20 menjelaskan bahwa Allah menerangkan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang dapat dilihat, diketahui, dirasakan dan dipikirkan oleh manusia,  peringatan bagi manusia bahwa anak-anaknya, pembantu-pembantunya, binatang ternak kepunyaannya semua itu Allah-lah yang menjamin rezekinya. Q.S Az-Zukhruf ayat 32 penegasan bahwa rahmat Allah dan keutamaan yang diberikan kepada orang yang telah ditakdirkan memangku jabatan kenabian dan mengikuti petunjuk wahyu dan Alquran yang telah diturunkan,

0 komentar:

Posting Komentar

Mauu komentar ? silahkan :D
Maaf jika ada penulisan kata yang kurang jelas hihi kadang suka typo
Jika ada kesalahan dalam postingan, silahkan kasih komentar dan saran yah hihi
Terimakasih banyak :)